Thursday, 26 December 2013

Pasar Kue Subuh Senen

Julukan Jakarta sebagai Kota yang Tidak Pernah Tidur memang sangat pas disandangnya. Sepanjang hari dan malam hingga pagi menjelang selalu dipenuhi aktivitas warganya. Salah satu aktivitasnya ada di Pasar Kue Subuh Senen. Sesuai namanya, tempat ini aktif hingga Subuh menjelang. Sebenarnya ada 2 pusat penjualan kue yang terdapat di Jakarta, Pasar Kue Blok M dan Pasar Kue Subuh Senen yang sudah eksis sejak tahun 1960an. Gw mengenal tempat ini sejak tahun 2005 dari seorang tetangga. Jadi ceritanya salah seorang sepupu akan melangsungkan resepsi pernikahan dan biasanya di deretan prasmanan ada gubuk-gubuk kecil berisi cemilan-cemilan, nah tetangga gw itu menyarankan membeli Kue Tampah yang berisi kue-kue kecil untuk di gubuk tersebut. Pasar Kue Subuh Senen tentu saja terletak di daerah Senen, tepatnya di parkiran motor Pasar Senen. Kegiatannya dimulai sejak malam hari dan mencapai puncak ramai pada tengah malam. Biasanya sih sekitar jam 2 pagi pedagangnya baru mulai beres-beres lapak. Aneka kue dan jajanan kering beragam variasi (kue tart pun ada) dijual dengan harga yang lebih murah. Grosir atau eceran pun dilayani. Pembelinya pun beragam, ada yang akan menjualnya kembali di tempat lain atau untuk konsumsi pribadi. Beberapa bulan lalu gw berkesempatan kembali berkunjung kesana (lagi-lagi dalam rangka resepsi pernikahan sepupu). Jam 2 pagi dengan mata yang masih mengantuk dan muka amat-bantal, gw berangkat bersama keluarga kesana. Jakarta memang identik dengan macet, tapi jam 2 pagi? lancar luar biasa. Berikut foto-foto kue dan jajanan yang ada disana plus suasananya. Lumayan diliatin penghuni pasar sih jadi ya fotonya dikit deh...hehehe. 








MEMBUAT ANDA LAPAR???? hahahaha

















Read More......

Sunday, 31 March 2013

Trip to Trans Studio Bandung

Hello, it's me again! hehe posting kali ini masih bercerita tentang jalan-jalan (lagi) tapi kali ini bukan perjalanan wisata alam, melainkan wisata seru-seruan, yaitu Trans Studio Bandung (TSB). Denger-denger sih TSB ini theme park indoor terbesar di Asia Tenggara (barengan Trans Studio Makassar sepertinya). Sebagai backpacker, gw dan teman-teman pun kesana naik angkutan umum biasa, nggak pake travel (bilang aja mau irit sih...hehe). Janjian di Ps. Rebo jam 6.30 pagi tapi akhirnya baru naik bis sekitar 1 jam kemudian. Saat itu satu-satunya bis jurusan Bandung yang lewat adalah Bis Executive Primajasa jurusan Lb.Bulus-Bandung (Lw. Panjang) dan terpaksa deh kita keluar ongkos Rp50.000 >.<. Sampai di Terminal Lw.Panjang Bandung sekitar jam 10.00 pagi dan langsung cari-cari angkot ke TSB. Sempet ditawari mobil carteran range harga Rp40.000an tapi kita tetep pilih naik angkot, cuma 2x naik angkot kok. Angkot 05 merah lalu turun di belokan setelah lampu merah keempat (nggak ngerti nama daerahnya apa...hehe) lalu lanjut naik angkot merah dan bilang aja turun di BSM (Bandung Super Mall), ongkosnya kira-kira Rp6.000 udah bisa sampai ke TSB. Eh lupa jelasin kalo Trans Studio Bdg itu satu kompleks sama BSM yang sekarang udah ganti nama jadi TSM (Trans Studio Mall).


Jadi ceritanya ada promo hemat dari TSB selama bulan Maret 2013, yaitu orang yang berulangtahun di bulan Maret bisa gratis tiket masuk asalkan membawa satu orang teman. Rombongan gw ada 3 orang yang ultah di bulan Maret jadi harus bawa 3 orang lagi (termasuk gw) untuk bisa share tiket masuk.
Normalnya, tiket masuk selama weekdays Rp150.000 dan weekend Rp200.000 plus kalo nggak mau ribet dan capek antri ke wahana di dalamnya bisa membayar biaya tambahan sebesar Rp200.000 untuk bisa dapet gelang penanda VIP Access. Oia kemarin ada tambahan Rp20.000 lagi sih untuk tiketnya tapi nggak ada yang perhatiin mbak tiket dan pak satpam jelasin untuk apa biaya tambahannya itu, mungkin untuk pajak kali ya...hehe.
cewe berjilbab di sebelah kanan itu temen gw yang ultah

Sebelum mulai berpetualang di dalamnya, mampir dulu ke bagian informasi untuk ambil peta panduan trus ke bagian top up alias isi ulang tiket karena nantinya kalo mau beli suvenir atau beli cemilan dan makanan nggak bisa pakai uang asli, tapi nanti bisa di refund kalo ada sisa. Oia, di TSB nggak diperbolehkan bawa makanan-minuman dari luar, tapi kemarin sih gw bawa air minum di dalam botol tupperware dan boleh masuk.


TSB terbagi menjadi 3 bagian utama, Studio Central, Lost City, dan Magic Corner dengan total 20 wahana di dalamnya.


Di tiap bagian utama ini ada wahana yang merepresentasikan tema besarnya *halah ribet*. Nah, berikut wahana yang ada di TSB:


1. Yamaha Racing Coaster

Dari luar TSB pun udah keliatan lintasannya. Kabarnya jet coaster super cepat ini (120 km/jam dalam waktu 3,5 detik!) cuma ada 3 di dunia, 2 di USA, 1 di TSB... kereeen tapi gw nggak sempet coba karena udah masuk jam istirahat (barengan sama parade).

2. Vertigo
Kalo udah pernah coba wahana Kicir-Kicir di Dufan, Vertigo ini sama seperti wahana itu, cuma beda sensasi di dalam vs luar ruangan aja sih tapi tetep bisa bikin teriak-teriak :p (ps: temen gw, dije, ketakutan parah padahal udah nyampe di antrian paling depan...haha).


3. Trans Car Racing
Wahana ini cuma sempet dinaiki sama temen gw (gw dkk main yang lain hehe) dan katanya sih oke juga buat yang suka kebut-kebutan tanpa repot nyetir yang baik karena udah ada lintasannya jadi walopun belokin setir ke kanan tapi lintasan ke kiri, tetep ke kiri deh.

4. Giant Swing
Sayang beribu sayang saat gw kesana wahana ini sedang dalam masa perbaikan, padahal seru juga tuh diayun-ayun nyaris 90 derajat dan kursinya pun bisa diputar 360 derajat pula.

5. Si Bolang The Rides

Gak ngerti 


6. Trans Broadcast Museum
Isinya behind the scene program-program di TransTV & Trans7 macam. Kalo ada yang mau coba jadi presenter Insert boleh banget mampir, nanti performnya bisa disimpen di dalam CD trus dibawa pulang deh (bayar Rp50.000 kalo nggak salah).

7. Science Center

Mirip-mirip Museum PP IPTEK TMII dalam versi kecil tapi interiornya lebih bagus sih..hehehe. Tempat ini penuh sama anak-anak kecil hingga siswa SMA yang lagi study tour or field trip or whatever the name is, jadi siap-siap penuh dan berisik ya :D


8. Trans City Theatre 

Diklaim sebagai broadway-nya Indonesia, pertunjukan akting-nari-nyanyi tapi gw pun telat liat pertunjukkannya yang biasa mulai jam 12.30.



9. Dunia Anak 

 Isinya cocok banget buat anak-anak (iyalah dari namanya aja udah tahu). Ada wahana mini bumper car, tea cup, jump around, bumper boat, mini train, dan carousel di dalamnya.

10. Sky Pirates
Begitu masuk ke TSB pasti langsung lihat "kapal perompak" di dalam TSB. Satu kapal kapasitasnya 8 orang dan dengan naik ini bisa liat sekeliling TSB.

11. Jelajah The Rides
 Hmm di Dufan, wahana ini seperti Niagara-gara. Jadi kita akan naik kapal lalu "dijatuhkan" dari air terjun. Bedanya di sini kita dijatuhkan 2x, satu kali dijatuhkan dari dalam pesawat yang nggak terlalu tinggi, lalu 1x lagi dari air terjun setinggi 13 meter.

12. Kong Climb
Pendakian dinding yang sepertinya seru tapi karena mayoritas yang ada di wahana ini adalah anak-anak jadi agak malu juga mau coba hehe.

13. Pulau Liliput
Tempat bermain tematik yang memang didesain khusus untuk anak-anak.

14. Negeri Raksasa
Ceritanya sih kita akan mengunjungi istana tempat kediamaan raksasa di atas awan yang siap menjatuhkan kita dari puncak menara. Mirip wahana Histeria di Dufan, lebih pendek tapi durasi "digantungin" di ketinggiannya lebih lama. Antri lumayan lama, lalu tiba-tiba di saat udah siap duduk di wahananya, Almas mendadak nggak mau ikutan, langsung aja gw tarik dia buat duduk dan akhirnya dia malah ketagihan.

15. Dunia Lain
Kita akan naik kereta menyusuri lintasan yang di kanan dan kirinya berisi legenda misteri Bandung. Awalnya takut sih tapi ternyata nggak seseram yang dibayangin *sok berani*.




16. Captain Blackheart Pirate Ship
Tempat main anak-anak juga nih. Katanya sih area softplay tematik terbesar se-Asia Tenggara. Ada empat lantai tapi nggak tau juga dalamnya ada apa aja.

17. Dragon Rides
Gw dan teman-teman yakin banget operatornya ngerjain kita karena naganya loncat lebih tinggi daripada sebelumnya, memang kita agak menganggap remeh sih sebelum naik dan mungkin sang operator melihat gelagat sombong kita itu...haahaha. Lumayan lah untuk ketawa-ketawa saat naik ini :p

18. Special Effect Actions
Satu lagi wahana yang gw sesali nggak sempat dikunjungi karena hanya dibuka pukul 15.30. Isinya rahasia dibalik layar pembuatan film action seperti spesial efek ledakan dan semacamnya lah.

19. MARVEL Superheroes 4D
Simulator 4D pertama di Indonesia, dari namanya udah ketebak kan isinya pasti tokoh-tokoh Marvel. Sepertinya menarik sih tapi kemarin nggak sempet juga masuk ke dalamnya

20. Amphitheatre
Pertunjukan kelas dunia dengan desain spektakuler dan ada efek spesialnya juga. Letaknya di tengah-tengah ruangan dan dalam sehari ada 2x pertunjukan plus 1x parade di sore hari.

Well, totally gw sudah mengunjungi 8 wahana di TSB. Banyak rombongan anak sekolah jadi sabar aja antri di wahananya...hehe. Makanan disana agak-agak menguras voucher top-up juga sih, makan siang ala fastfood sekitar Rp31.000 (dan yang paling irit sepertinya). Cemilannya juga rada mahal, popcorn ukuran large (large dalam definisi TSB) harganya Rp35.000 dong ya T____T

Nasi-Ayam-Softdrink
popcorn
Tempat ini memang lebih cocok untuk jalan-jalan keluarga sih tapi boleh juga dicoba wahana menantangnya bareng temen-temen. Anyway, gw bener-bener keluar dari kawasan TSB sekitar abis maghrib dan sempet belanja dulu di terminal sebelum cari bis ke Jakarta. Bis untuk pulang kali ini beda dengan bis berangkat, tarifnya cuma Rp35.000 (seat 2-3) dan ngetem lumayan lamaaaaaaaa sampai akhirnya jam 20.30 berangkat juga dengan tujuan Kp. Rambutan. Sampai di Jakarta pasti malam banget, akhirnya 3 orang temen gw nginep di rumah karena rumah mereka jauh-jauh plus gw dijemput juga sama bokap di depan terminal jadi lebih aman deh.
Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan selanjutnya yang semoga isinya nggak hanya cerita jalan-jalan yang bikin mupeng pembaca ya...hehehe



Read More......

Monday, 21 January 2013

Trip to Kawah Ijen

Catatan perjalanannya dilanjut lagi ya :)

Puas mengubek-ubek Bromo, tiba juga saatnya untuk move on ke destinasi selanjutnya, yaitu Kawah Ijen!. Jam 14.30 kami semua sudah siap packing dan menuju ke pool elf untuk segera berangkat ke Terminal Probolinggo. Tapi ternyata harus delay *halah* karena jalannya macet *yeah macet di gunung!* karena memang pengunjungnya banyak. Sopir elf gak berani nyetir dalam keadaan macet karena ngeri bakal banyak ngerem dengan kondisi jalan licin. Akhirnya jam 18.30 sampai di Terminal Probolinggo dan langsung lanjut naik bis (tarifnya Rp14000,-) ke Terminal Bondowoso. Daaan itu Terminal Bondowoso udah sepi aja padahal baru jam 21.00. Selonjoran di emperan terminal dengan bebasnya karena memang cuma ada 1 bapak yang lagi tidur disitu, sisanya kosooooong. Istirahat sebentar lalu mulai kembali susun rencana selanjutnya. Deadlock. Tapi untungnya tiba-tiba datang mobil elf dan sopirnya (namanya Mas Sulis) yang ternyata asli dari Ijen dan nawarin untuk angkut kami kesana. Agak lama nego harga, akhirnya sepakat juga Rp500000,- pp plus tumpangan di rumahnya karena kami tetap butuh tidur dengan posisi normal sebelum nanjak di Kawah Ijen.
Set off jam 23.00 dari Terminal Bondowoso, kami pun sampai di Ijen sekitar jam 2.00 pagi. Lamanya perjalanan karena sopirnya harus ambil pesanan bahan bakar dari tetangga-tetangganya di Ijen terlebih dahulu di Bondowoso (di Ijen sama sekali gak ada POM Bensin). FYI, listrik di Ijen cuma ada sampai jam 23.00 dan jadilah saat sampai disana kami cuma mengandalkan lilin dan senter. Suhu disana bisa memaksa gw tidur dengan memakai 2 kaos kaki, 1 jumper+2 jaket, dan sarung. Lokasi rumah yang gak terlalu jauh dari Ijen membuat kami terlalu pulas tidur (tapi gw tetep bangun subuh karena toa masjid deket banget sama posisi tidur gw. Wacana awal sih kami akan berangkat ke Ijen segera setelah sholat subuh, kenyataannya jam 7.00 kami baru berangkat menuju Kawah Ijen...hehehe. Perjalanan dari tempat menginap ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen gak lebih dari 30 menit. Agak skip di pintu masuk setelah lihat pengumuman di bawah ini.
Peringatan Temporary Closure :(
Sebenarnya memang benar ada penutupan, tapi kami sempat bertemu dengan petugasnya dan sepertinya beliau tahu kami dari tempat yang jauh, jadi beliau hanya berpesan supaya hati-hati dan jangan terlalu lama di sekitar kawah. Terkenal sebagai tempat penambangan belerang terbesar di dunia dan danau asam terluas memang menuntut kami untuk berhati-hati selama perjalanan. Memiliki tinggi 2.799 meter membuat gw, yang belum pernah sekalipun naik gunung, berhasrat untuk berhenti di tengah jalan dan gak meneruskan perjalanan. Jalan yang harus dilalui sebagian besar memang menanjak, bahkan ada di beberapa bagian yang memiliki sudut elevasi nyaris 45 derajat. Untung aja jalannya gak licin dan saat itu gw pun memakai sepatu jadi gak menambah keengganan gw untuk sampai di tempat tujuan. Sempat bertemu dengan bapak penambang belerang yang sedang turun menuju pos pengepul belerang and guess what? keranjang belerang yang dibawa beratnya 82 kg!. Gw yang hanya membawa tas kamera dan itu pun gw titipin ke temen cowo yang bersedia jadi porter (hehe makasih Rico) langsung malu sama si bapak yang saat itu juga menawarkan suvenir ala Kawah Ijen, yaitu belerang yang sudah dicetak menjadi berbagai macam bentuk. Gw membeli beberapa tapi sekarang gak berbentuk lagi karena keinjek ponakan-ponakan yang menginvasi kamar gw secara sadis (hiks...) jadi gak bisa kasih fotonya deh. Selama mendaki alhamdulillah langit cerah dan ternyata kalau lihat kanan-kiri jalan ternyata pemandangannya indah banget, contohnya foto-foto ini.

Susah payah megap-megap jalan mendaki, akhirnya sampai juga di Kawah Ijen!!!. Beberapa temen gw ikut turun bersama Pak Adis (atau siapapun itu namanya), penambang yang menawarkan diri menjadi guide untuk menuju kawah. Salah satu temen gw ada yang menderita asma dan sangat gak dianjurkan turun ke kawah, dan gw pun merasa gak sanggup untuk turun (plus naik lagi ke atas, hoaah big NO). Akhirnya gw hanya menikmati pemandangan dari atas sambil foto-foto.


The Great Ijen Caldera

Keadaan kawah

Fenomena yang paling unik dari Kawah Ijen adalah Api Biru yang biasa muncul saat matahari terbit. Secara kami sampai kesana pun menjelang siang jadi gak merasakan fenomena itu deh. Dalam posisi menunggu itu, gw iseng ambil beberapa foto penambang (tanpa sepengatahuan mereka tentunya...hehe). Mau tau gak? rata-rata penambang disana membawa belerang seberat 70-80 kg dari kawah ke permukaan dan harus bawa pikulan belerang berat tersebut turun ke pos pengumpulan di kaki bukit. Dan mereka melakukan itu 2-3 kali dalam sehari, pfiuuuh kebayang beratnya beban kerja mereka karena gw sekali naik aja udah ngos-ngosan ya. FYI, belerang hasil penambangan itu hanya dihargai Rp780/kg dan kalau dihitung-hitung secara matematis ya gak sebanding dengan beban kerja dan efek kesehatan yang pasti mereka dapat. Gw perhatiin struktur pundak mereka banyak yang sudah gak normal dan setiap hari menghirup belerang membuat paru-paru mereka seakan sudah beradaptasi dengan lingkungan walaupun gak tau juga kalau di rontgen hasilnya akan seperti apa. Wait, rontgen? selama perjalanan kesana sepertinya gak ada satupun fasilitas pelayanan kesehatan T_T jadi bagaimana mau periksa kesehatan.



 


 Dan beberapa foto di bawah ini hasil jepretan random :D
  

cocok dijadiin lokasi syuting science fiction




Well, gw dan satu teman yang gak turun ke kawah memutuskan turun duluan karena teman itu gak kuat dengan asap belerang yang tampak makin pekat. Di track turun pun sempat juga jepret vegetasi yang warnanya unik di sana.



Kami berdua sampai di kantin, pos terdekat dari kawah, sekitar jam 11.00 dan menghabiska waktu menunggu teman yang lain sambil ngobrol-ngobrol dengan pengunjung lain yang sedang istirahat juga. Dari hasil ngobrol-ngobrol itu dapat tawaran untuk menginap gratis di daerah Banyuwangi kalau kami ingin meneruskan perjalanan ke Bali lewat pelabuhan Ketapang. Mau banget sih langsung menyeberang ke Bali tapi budgetnya gak memungkinkan untuk saat ini jadi tawaran si Ibu baik itu disimpan dulu deh untuk trip selanjutnya. Capek ngobrol baru deh rombongan baru sampai ke kantin dan mereka pun heboh cerita katanya untung kami berdua gak ikut turun karena asapnya lumayan tebal di bawah sana. Selesai menunggu mereka istirahat, kami semua langsung turun karena kabut yang turun sudah semakin banyak dan semakin dingin pula. Jam 12.30 kami pun sampai di bawah dan bergegas kembali ke tempat menginap untuk makan dan sholat lalu langsung kembali melanjutkan perjalanan ke Terminal Bondowoso. Ups hampir lupa, awalnya kami membayar Rp750000,- ke Mas Sulis karena sudah memberi tumpangan dan juga menunggu kami selama mendaki, namun dikembalikan lagi uangnya dan total kami hanya membayar Rp600000,- untuk perjalanan Bondowoso-Ijen-Bondowoso plus homestay, trims Mas!.
Tiba di Terminal Bondowo sekitar jam 17.00 dan kami berdiskusi panjang untuk memutuskan apakah akan melanjutkan perjalanan ke Malang atau langsung ke Jogja. Berhubung penginapan di Batu, Malang lumayan mahal, akhirnya kami pun memilih langsung ke Jogja dengan rute Bondowoso-Surabaya-Jogja.
Jam 18.45 bus dengan tarif Rp28.000/orang berangkat menuju Surabaya dan sampai di Terminal Surabaya tepat tengah malam. Lumayan pegal karena bus ekonomi, kami pun istirahat sebentar di dalam terminal yang kondisi bagus dan enak dijadikan tempat istirahat, sambil cari info bus dengan keberangkatan paling cepat ke Jogja. Masih berasa pegal selama perjalanan dengan bus ekonomi, akhirnya kami pun berangkat ke Jogja dengan bus ekonomi AC seharga Rp38.000/orang.
See you on the next part ;)



Read More......

Trip to Bromo

So, it was like a dream came true, finally I could be there, at Bromo. Kereta Majapahit yang kami naiki sampai di Stasiun Malang sekitar jam 9.30 dan sebenarnya agak terlambat dari jadwal seharusnya. Lapar mendera lalu kami pun mencari-cari stan makanan di sekitar stasiun untuk mengganjal perut sebelum memulai perjalana kembali. Saat yang lain memilih menu berisi nasi, gw, dije, dan randy pun menu bakso di stan Bakso Stasiun yang (katanya) terkenal di sana. Harga seporsi bakso campur Rp9000 ya lumayan lah sebagai sarapan *eh. Hari semakin siang maka kami pun langsung menuju Terminal Arjosari dengan mencarter angkot kira-kira Rp2500/orang. Sampai di Terminal Arjosari celingukan kesana-kemari mencari bus ke Probolinggo dan untungnya ketemu gak perlu tunggu lama. Perjalanan ke Probolinggo memakan waktu sekitar 2 jam dengan ongkos hanya Rp14000/orang (bus ekonomi tentunya). Sampai di Terminal Probolinggo kami istirahat sambil menunggu angkutan berbentuk Elf yang harus terisi penuh 15 orang sebelum berangkat. Perjalanan menuju Desa Cemaralawang dengan Elf hanya sekitar 1,5 jam dengan tarif Rp25000/orang sekaligus tiket masuk ke TN BTS alias Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hanya Rp6500/orang.
Eng..ing...eng homestay disana katanya penuh semua! ya wajar juga sih secara liburan peak season dan kami gak booked sebelumnya...hehe. Tapi alhamdulillah akhirnya ada juga homestay yang masih available, Rp500000/malam dan untungnya ada tambahan 2 orang yang mau share cost selama perjalanan di Bromo. Kelar urusan homestay, langsung pusing lagi karena jeep hardtop, satu-satunya kendaraan yang bisa dipakai untuk menjelajah Bromo. Lagi, lagi, dan lagi karena belum booked jeep hardtop, kami kelimpungan lagi cari-cari jeep. Tanya sana-sini, hubungi banyak nomor, akhirnya dapat juga walaupun dengan harga super karena memang peak season super juga sih. Jeep hardtop Rp700000/mobil dengan rute Penanjakan 2, Kawah Bromo, Padang Savana & Bukit Teletubbies, dan Pasir Berbisik. Kalau untuk tarif di hari biasa penyewaan jeep cuma sekitar Rp350000-Rp500000 per mobil, tentunya tergantung spot yang ingin dikunjungi juga. Hasil kelimpungan cari penyewaan jeep hardtop, jadi dapat info baru kalau ternyata hanya jeep yang tergabung di koperasi penyewaan jeep di sana yang bisa naik ke Penanjakan 1. Bedanya Penanjakan 1 lebih tinggi daripada Penanjakan 2, rutenya pun berbeda, tapi hasil foto sih sama aja menurut gw, tergantung kamera juga :D

Jeep Hardtop Bromo
Alhamdulillah statusnya Waspada
Sunrise at Bromo
Jam 2 pagi alarm di handphone kami berdering, tetapi seperti biasa, tombol snooze menjadi favorit untuk ditekan sehingga kami baru benar-benar bangun jam 2.30 dan kelabakan karena akan dijemput jeep jam 3 pagi. Kenapa pagi banget padahal sunrise masih lama? karena walapun menggunakan jeep ke lokasi, tetap saja harus berjalan menanjak demi mencapai bukit dengan pemandangan terbaik. Sampai di spot terbaik (menurut kami), langsung deh sholat subuh disana (and it feels so great to praying there!). Daaaaan, inilah hasil foto-foto selama sunrise


sesaat sebelum sunrise
finally, sunrise! agak mendung sih
sunrise dari sisi lain bukit
sunrise lagii :p
Kawah Bromo, Gn. Batok, dan Semeru
Sedikit tips untuk menikmati sunrise Bromo, usahakan bawa air minum dan sarapan ala kadarnya. Sebotol air mineral 660 mL di Penanjakan 2 harganya Rp10000,- (iya bener gw gak salah ketik, SEPULUH RIBU). Ya memang butuh effort besaaar banget buat jualan di bukit sana, jadi masih bisa ditolerir lah walopun agak ngedumel dalam hati.

Kawah Bromo
Kelar bernarsis ria di Penanjakan 2, langsung capcus ke Kawah Bromo, selama perjalanan ke kawah kalian akan berjalan beriringan dengan kuda-kuda yang disewakan untuk orang yang terlalu capek untuk berjalan sendiri ke tangga. Nah, karena beriringan dengan kuda-kuda tersebut, hati-hati sama jebakan betmen dari mereka ya dan disarankan sih pakai sepatu untuk mencegah kalian menginjak benda yang gak diinginkan...hehe
bekas aliran erupsi
tangga menuju Kawah Bromo

Kawah Bromo
Pura Luhur Poten Bromo (tampak dari atas kawah)
Perjalanan balik ke jeep sambil potret sana-sini keadaan di sekitar Kawah Bromo, terlihat Pura Luhur Poten, satu-satunya bangunan yang ada di kawasan Kawah Bromo. Setiap tahunnya ada upacara yang selalu berhasil menarik minat wisatawan, yaitu Upacara Kasodo. Hasil dari bincang-bincang dengan pemilik warung tenda di sekitar kawah akhirnya dapat info kalau Upacara Kasodo tahun 2013 akan dilaksanakan sekitar hari ke-14 di bulan Ramadhan, so prepare your trip if you want to see it.

Pura Luhur Poten Bromo (1)
Pura Luhur Poten Bromo (2)
Pura Luhur Poten Bromo (3)
Di sekitar kawasan Bromo banyak terlihat penjual bunga edelweis yang kalau dilihat sekilas memang terlihat asli tapi sebenarnya itu bukan bunga edelweis (entah bunga apa)
penjual Edelweis
Kalau ada yang ingin merasakan sensasi naik kuda di Bromo, bisa menyewa kuda hingga ke bawah tangga kawah Bromo, tarifnya di peak season kemarin Rp150000,- pp, quite expansive, hari biasa sih hanya sekitar Rp50000,- mungkin.
parkiran kuda
sesajen di Kawah Bromo
Padang Savana dan Bukit Teletubbies
Jam 10 pagi udah dijemput lagi sama sopir Jeep untuk ke destinasi selanjutnya, yaitu Padang Savana dan Bukit Teletubbies. Jaraknya lumayan jauh dari Kawah Bromo, seperti di balik bukitnya gitu, tapi gak terlalu lama juga secara sopir jeep mahir banget walaupun jalanannya mirip lintasan offroad banyak genangan air campur tanah lumpur dimana-mana. Di lokasi ini sih sebenernya jadi tujuan untuk foto-foto cantik aja sih...hehe




padang savana


bukit teletubbies

Pasir Berbisik
Lokasi tujuan terakhir! Denger-denger sih lokasinya terkenal sejak dijadiin lokasi syuting plus judul filmnya Dian Sastro & Christine Hakim, Pasir Berbisik yang entah ceritanya seperti apa. Sayang banget pasirnya basah karena memang musim hujan, mungkin kalau tripnya di musim kemarau, pasirnya terbang-terbangnya serasa di gurun pasir afrika ya.
pasir berbisik
pasir berbisik lagi

Oh iya, selama di Bromo, gw kepincut sama teh dari sana dan selalu pesan itu tiap makan. Penasaran mereka pakai teh apa, iseng aja gw tanya ke salah satu penjual makanannya, akhirnya ketahuan deh merk tehnya dan langsung cari-cari di toko kelontong dekat homestay. Merknya Candi Wayang dan dijual hanya Rp6000,- per pak yang isinya 50pcs kantong teh, murah kan? Jaminan deh pasti langsung kepincut sama tehnya :p
teh Candi Wayang

Read More......