Puas mengubek-ubek Bromo, tiba juga saatnya untuk move on ke destinasi selanjutnya, yaitu Kawah Ijen!. Jam 14.30 kami semua sudah siap packing dan menuju ke pool elf untuk segera berangkat ke Terminal Probolinggo. Tapi ternyata harus delay *halah* karena jalannya macet *yeah macet di gunung!* karena memang pengunjungnya banyak. Sopir elf gak berani nyetir dalam keadaan macet karena ngeri bakal banyak ngerem dengan kondisi jalan licin. Akhirnya jam 18.30 sampai di Terminal Probolinggo dan langsung lanjut naik bis (tarifnya Rp14000,-) ke Terminal Bondowoso. Daaan itu Terminal Bondowoso udah sepi aja padahal baru jam 21.00. Selonjoran di emperan terminal dengan bebasnya karena memang cuma ada 1 bapak yang lagi tidur disitu, sisanya kosooooong. Istirahat sebentar lalu mulai kembali susun rencana selanjutnya. Deadlock. Tapi untungnya tiba-tiba datang mobil elf dan sopirnya (namanya Mas Sulis) yang ternyata asli dari Ijen dan nawarin untuk angkut kami kesana. Agak lama nego harga, akhirnya sepakat juga Rp500000,- pp plus tumpangan di rumahnya karena kami tetap butuh tidur dengan posisi normal sebelum nanjak di Kawah Ijen.
Set off jam 23.00 dari Terminal Bondowoso, kami pun sampai di Ijen sekitar jam 2.00 pagi. Lamanya perjalanan karena sopirnya harus ambil pesanan bahan bakar dari tetangga-tetangganya di Ijen terlebih dahulu di Bondowoso (di Ijen sama sekali gak ada POM Bensin). FYI, listrik di Ijen cuma ada sampai jam 23.00 dan jadilah saat sampai disana kami cuma mengandalkan lilin dan senter. Suhu disana bisa memaksa gw tidur dengan memakai 2 kaos kaki, 1 jumper+2 jaket, dan sarung. Lokasi rumah yang gak terlalu jauh dari Ijen membuat kami terlalu pulas tidur (tapi gw tetep bangun subuh karena toa masjid deket banget sama posisi tidur gw. Wacana awal sih kami akan berangkat ke Ijen segera setelah sholat subuh, kenyataannya jam 7.00 kami baru berangkat menuju Kawah Ijen...hehehe. Perjalanan dari tempat menginap ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen gak lebih dari 30 menit. Agak skip di pintu masuk setelah lihat pengumuman di bawah ini.
Peringatan Temporary Closure :( |
The Great Ijen Caldera |
Keadaan kawah |
Fenomena yang paling unik dari Kawah Ijen adalah Api Biru yang biasa muncul saat matahari terbit. Secara kami sampai kesana pun menjelang siang jadi gak merasakan fenomena itu deh. Dalam posisi menunggu itu, gw iseng ambil beberapa foto penambang (tanpa sepengatahuan mereka tentunya...hehe). Mau tau gak? rata-rata penambang disana membawa belerang seberat 70-80 kg dari kawah ke permukaan dan harus bawa pikulan belerang berat tersebut turun ke pos pengumpulan di kaki bukit. Dan mereka melakukan itu 2-3 kali dalam sehari, pfiuuuh kebayang beratnya beban kerja mereka karena gw sekali naik aja udah ngos-ngosan ya. FYI, belerang hasil penambangan itu hanya dihargai Rp780/kg dan kalau dihitung-hitung secara matematis ya gak sebanding dengan beban kerja dan efek kesehatan yang pasti mereka dapat. Gw perhatiin struktur pundak mereka banyak yang sudah gak normal dan setiap hari menghirup belerang membuat paru-paru mereka seakan sudah beradaptasi dengan lingkungan walaupun gak tau juga kalau di rontgen hasilnya akan seperti apa. Wait, rontgen? selama perjalanan kesana sepertinya gak ada satupun fasilitas pelayanan kesehatan T_T jadi bagaimana mau periksa kesehatan.
Dan beberapa foto di bawah ini hasil jepretan random :D
cocok dijadiin lokasi syuting science fiction |
Kami berdua sampai di kantin, pos terdekat dari kawah, sekitar jam 11.00 dan menghabiska waktu menunggu teman yang lain sambil ngobrol-ngobrol dengan pengunjung lain yang sedang istirahat juga. Dari hasil ngobrol-ngobrol itu dapat tawaran untuk menginap gratis di daerah Banyuwangi kalau kami ingin meneruskan perjalanan ke Bali lewat pelabuhan Ketapang. Mau banget sih langsung menyeberang ke Bali tapi budgetnya gak memungkinkan untuk saat ini jadi tawaran si Ibu baik itu disimpan dulu deh untuk trip selanjutnya. Capek ngobrol baru deh rombongan baru sampai ke kantin dan mereka pun heboh cerita katanya untung kami berdua gak ikut turun karena asapnya lumayan tebal di bawah sana. Selesai menunggu mereka istirahat, kami semua langsung turun karena kabut yang turun sudah semakin banyak dan semakin dingin pula. Jam 12.30 kami pun sampai di bawah dan bergegas kembali ke tempat menginap untuk makan dan sholat lalu langsung kembali melanjutkan perjalanan ke Terminal Bondowoso. Ups hampir lupa, awalnya kami membayar Rp750000,- ke Mas Sulis karena sudah memberi tumpangan dan juga menunggu kami selama mendaki, namun dikembalikan lagi uangnya dan total kami hanya membayar Rp600000,- untuk perjalanan Bondowoso-Ijen-Bondowoso plus homestay, trims Mas!.
Tiba di Terminal Bondowo sekitar jam 17.00 dan kami berdiskusi panjang untuk memutuskan apakah akan melanjutkan perjalanan ke Malang atau langsung ke Jogja. Berhubung penginapan di Batu, Malang lumayan mahal, akhirnya kami pun memilih langsung ke Jogja dengan rute Bondowoso-Surabaya-Jogja.
Jam 18.45 bus dengan tarif Rp28.000/orang berangkat menuju Surabaya dan sampai di Terminal Surabaya tepat tengah malam. Lumayan pegal karena bus ekonomi, kami pun istirahat sebentar di dalam terminal yang kondisi bagus dan enak dijadikan tempat istirahat, sambil cari info bus dengan keberangkatan paling cepat ke Jogja. Masih berasa pegal selama perjalanan dengan bus ekonomi, akhirnya kami pun berangkat ke Jogja dengan bus ekonomi AC seharga Rp38.000/orang.
See you on the next part ;)